Bookmark

Sehalus Kain Sutra Yang Memikat Mata

Sebenarnya artikel ini tidak akan membahas tentang kain sutra karena siapapun pasti setuju bahwa kain sutra itu lembut, kuat, tahan api dan indah. Sangat jarang orang yang menolak jika diberi kain sutra. Begitupun dalam kehidupan kita, kadang kita tidak sadar bahwa sesuatu yang halus dan indah akan mampu mengalihkan pandangan kita dari tujuan semula. Bagi kita orang Islam haruslah berpandangan bahwa Islam adalah agama yang sempurna dengan berbagai kewajiban yang harus ditegakan didalamnya agar kita menjadi mahluk yang terhormat. Tetapi kadang hal ini perlahan tapi pasti mengalami pergeseran tujuan karena lingkungan dan kebudayaan dalam lingkungan kita secara tidak langsung mengubah cara pandang kita
 terhadap Islam itu sendiri. Hal yang paling mudah untuk menyerang pola pikir kita tentang hukum-hukum Islam yang sedianya ditegakan adalah budaya hidup atau gaya hidup atau apalah namanya. Kita lebih sering mengambil kebijakan tentang suatu budaya hidup menurut pandangan pribadi kita tanpa berdasar pada hukum Islam dan atau tanpa mampu menjangkau efek samping yang bisa membahayakan kelangsungan kehidupan kita dimasa depan. Contoh paling sederhana adalah budaya berjilbab. Seharusnya dalam kehidupan umat Islam sebenarnya, Jilbab hukumnya wajib untuk dikenakan. Tetapi mata kita sepertinya terbiasa untuk melihat pemandangan para wanita yang tidak menggunakan jilbab lalu lalang dihadapan kita, tanpa merasa malu. Karena budaya wanita dilingkungan kita terbiasa tidak menggunakan jilbab maka kita akan menilai bahwa hal tersebut adalah wajar atau bahkan kita men-syah-kannya. Kata syah disini benar-benar keluar dari otak kita tanpa saringan Islam, karena mungkin kita menilai bahwa tidak berjilbab itu toh tidak merangsang birahi para lelaki. Men-syah-kan para wanita dilingkungan kita tidak berjilbab merupakan satu hal yang sangat halus yang secara tidak sadar telah merubah pola pikir kita tentang Islam. Ya dengan tidak berjilbab mungkin saja tidak memancing birahi kita tetapi sadarkah kita bahwa ini adalah awal pemberontakan diri kita sendiri terhadap Islam. Ini sangat halus sehalus kain sutra...

Men-syah-kan para wanita tidak menggunakan jilbab sama dengan membuka kunci pintu rumah dan membiarkan orang lain memandang dan menikmati isi rumah kita. Awalnya ini tidaklah menjadi masalah bagi pemilik rumah, toh mereka (orang kafir) hanya memandangi dan menikmati isi rumah, mereka (orang kafir) tidaklah menyentuhnya.

Setelah para wanita muslim membuka jilbabnya maka budaya berikutnya akan dihembuskan seperti angin semilir menghilangkan rasa gerah dari terik panas matahari dengan berbagai cara dan media yang hampir atau bahkan tidak kita sadari lagi. Contoh sederhana perubah pola pikir berikutnya misal film. Setiap hari kita disuguhi film-film yang jika kita lihat seperti tidak ada unsur pornografi. Tapi sebenarnya ada budaya berikutnya yang disisipkan pada film tersebut dan jelas tujuannya adalah menyerang pola pikir kita tentang Islam. Sering kita menemukan film-film (ma'af tidak menyebutkan salah satu judul film) yang jika kita lihat sepintas tidak ada satu adegan pun yang menjurus kearah pornografi. Jelas film seperti ini akan lolos sensor, boleh di konsumsi oleh berbagai umur dan lain-lain embel dalam film tersebut. Tapi sadarkah kita ada budaya yang dibentuk untuk merobek pola pikir kita dalam film tersebut, misal budaya kumpul kebo/pergaulan bebas. Kita sering melihat film-film lokal maupun mancanegara yang menampilkan adegan berkumpulnya wanita dan laki-laki dalam satu rumah yang jelas-jelas bukan muhrimnya yang kemudian dikemas sebagai sahabat dalam film tersebut. Film-film ini kemudian menceritakan serangkaian kejadian yang sudah lumrah terjadi dilingkungan kehidupan kita atau mungkin membahas fenomena-fenomena menarik dalam kehidupan lingkungan kita. Tapi apakah film tersebut kemudian menceritakan bahwa persahabatan laki-laki dan perempuan yang tinggal satu rumah dan jelas bukan muhrim itu dilarang? Tidak... Film tersebut jelas tidak akan membahasnya, karena memang sengaja disisipkan suatu budaya baru agar para penikmat film memiliki pola pikir yang sama tentang kumpul kebo/pergaulan bebas tanpa unsur pornografi. Sehingga pada akhirnya kita secara tidak sadarpun akan men-syah-kannya sebagai sesuatu yang wajar dengan dalih "itukan hanya persahabatan, asalkan tidak terjadi adegan porno (hubungan layaknya suami istri) hal tersebut syah-syah saja. Tidak apa-apa wanita dan laki-laki tinggal satu rumah asalkan mereka komitmen bahwa mereka akan menjaga diri untuk tidak berhubungan layaknya suami istri". Nahkan sudah disyahkan lagi tinggal satu rumah antara laki-laki dan perempuan bukan muhrim dalam satu rumah. Ini sangat halus sehalus kain sutra...
Selama ini kita mungkin permisif jika anak, keponakan, adik menonton film-film yang dikemas dalam bentuk kumpul kebo/pergaulan bebas, karena kita berfikir bahwa film tersebut bukanlah film porno (tanpa adegan porno). Film ini tidaklah memberikan efek negatif secara sekaligus dalam kehidupan sekarang ini, tapi akan membekas kuat dalam pola pikir mereka tentang pergaulan bebas dan booooooooom di masa yang akan datang. Mereka (anak-anak kita, adik, keponakan, generasi penerus) akan menganggap bahwa pergaulan bebas itu disyahkan/diperbolehkan oleh masyarakat. Dikemudian hari kita akan terbiasa dengan kalimat "Ayo dong zinahi saya..." Naudzubillahi min dzalik!

Membiarkan generasi kita dalam kehidupan pergaulan bebas sama dengan membiarkan mereka (orang kafir) masuk kerumah kita setiap saat sambil membawa semua isi rumah tanpa harus minta ijin pemilik rumah. Dan kemudian kita baru menyadari bahwa kita terusir dari rumah kita sendiri...

Mari kita tegakan Islam dimuka bumi ini karena hanya Islam yang akan memberikan kita kesejahteraan untuk seluruh mahluk dibumi ini...

0 komentar:

Posting Komentar